Jumat, 16 Desember 2011

SURAT MISTERIUS (PART 2)

SURAT MISTERIUS 
PART 2
19 September 2005
Pagi itu, 05.30 am
Pagi itu udara sangat sejuk berpadu harmonis dengan suasana asri pedesaan yang sangat damai. Mentari pagi juga bersinar dengan penuh kehangatan, sinarnya yang menerpa embun di pucuk-pucuk dedaunan sungguh menyilaukan. Hamparan sawah yang luas terbentang, lambaian-lambaian lembut nyiur hijau di pematang-pematang sawah dan merdunya suara nyanyian burung-burung kecil yang saling bersahut-sahutan menggambarkan kesempurnaan penciptaan Tuhan akan keindahan alam semesta.
Sudah satu minggu Saila di rumah neneknya, dia merasakan adanya ketenangan saat berada di desa tersebut, suasana yang jarang dan takkan mungkin dia temukan di kota tempat tinggal ayah ibunya, dan situasi itu menjadi semakin indah karena dia lalui bersama-sama dengan adiknya tercinta yakni Dwiningsih Naidaturrahmah dan dalam kebersamaan nya itu Saila ingin mengajak Naida untuk lebih dekat dengan agama. Namun Saila merasakan sesuatu yang berbeda pada beberapa hari setelah kedatangan Saila ke rumah nenek. Tempatnya satu minggu dari hari kedatangannya itu, Saila melihat ada sedikit perubahan dari tingkahlaku Naida. Baik itu dari segi penampilan maupun sifatnya. Naida sekarang sudah tidak lagi manja dan malas. Naida sudah jarang bangun kesiangan dan lebih menjaga shalatnya tapi Naida terlihat semakin pendiam seperti sedang memendam sesuatu yang tentunya mengganggu fikirannya. Walaupun hati Saila bahagia melihat perubahan Naida, Dia tetap merasa harus melakukan perbincangan dari hati-kehati dengan Naida agar Dia bisa mengetahui apa yang sedang di fikirkanvoleh Naida.
Saat Naida melintas didepan kamar Saila menuju emper depan rumah nenek, Saila bergegas mengikutinya. Dan Sailapun menyapa Naida dengan kata-kata lembutnya.
Naida…………kamu kok kelihatan semakin pendiam sih sejak kakak dating ??? kamu akhir-akhir ini semakin pendiam saja kakak lihat. Kamu kenapa sih ?” Tanya Saila hati-hati.
Naida masih membisu, tak satu kata pun terucap dari lisannya. Naida belum mau menjawab apa gerangan yang membuat hatinya gundah dan membuatnya berdiam diri dan membisu. Dan Saila tetap sabar menanti……………….
10 Menit Kemudian.
            Akhirnya kesabaran Saila membuahkan hasil, Naida mau menceritakan apa yang sedang mengganggu fikirnya kepada Saila.
            “Kak, apa sih alas an kakak pakai jilbab ??? Trus kakak juga hobby banget pakai rok kemana-mana………………. Apa nggak ribet kak ???” Tanya Naida lirih dengan raut wajah malu-malu dan pertanyaan itu sepontan membuat Saila tersenyum sekaligus bahagia. Dengan sabar saila menjelaskan sesuai dengan apa yang dia ketahui.
            “Owh…………..jadi itu ya yang mengganggu fikiran mu…………..???
Naida hanya mengangguk. Ditatapnya wajah Saila lekat-lekat, seakan Naida tak ingin melewatkan satu katapun dari penjelasan yang akan keluar dari lisan sang kakak. Melihat kesungguhan Naida, Saila segera menjelaskan sesuai dengan apa yang ditanyakan Naida.
            “Adikku sayang ………… Kamu tahu nggak, di agama kita ini Jilbab itu wajib. Bukan hanya sekedar penutup kepala lhoo ………….. Tapi jilbab adalah penutup aurat bagi setiap wanita-wanita muslim. Dan kakak juga nggak pernah ngerasa ribet kok walaupun kemana-mana harus makai rok…… J
            “Oooo ….. jadi gitu ya kak ?
            “Iya sayang …………. Memang seperti itu hukumnya ………………. Kakak seneng deh, akhirnya kamu perlahan-lahan berubah….. kakak berharap hidayah Allah ini nyata. Dan kamu menjadi Naida yang menegakkan syariat seutuhnya.”seusai menjelaskan itu semua, Saila tersenyum tipis dan hatinya merasa sangat bahagia, akhirnya kesabarannya menguak sebahagian yang membuat gundah hati Naida.
            “Makasih ya kak ………….. J
            Saila hanya tersenyum dan mengusap-usap rambut Naida dengan penuh kasih sambil berlalu meninggalkan Naida.
@_@
Hidayah Itu Datang
Malam itu, 21 september 2005
            Mungkin malam itu adalah malam yang sangat bersejarah bagi Naida. hatinya terasa sangat tenang seusai membaca kalam ilahi. Malam itu pula Dia rasakan sangat berbeda dari hari-hari yang telah ia lalui sebelum-sebelumnya. Sungguh indah dan sangat menenangkan.
Pagi itu 04.50 am
            Sayub-sayub suara muadzin mulai terdengar mengumandangkan adzan subuh. Naida bergegas bangkit dari sajadahnya untuk menunaikan shalat subuh. Setelah sebelumnya telah ia tunaikan shalat sunah tahajud dan tilawah Al-Qur’an. Naida berazam dalam hati bahwa Naida ingin berubah menjadi seperti Saila, lebih dekat kepada Allah.
@_@
            “Saila, apa kamu sudah lihat Naida keluar dari kamar pagi ini ?
            “Belum Nek ……………. Paling juga adik kesiangan lagi nek ……… hehe ….. tradisi pagi nek. Masak nenek lupa ?
            “iyo yo ndok …………. Memang adikmu itu punya bakat bandel. Sama kayak kamu dulu………. Kalau dinasehatin itu susah banget nerimanya………….. tapi nenek bersyukur karna sekarang kamu sudah berubah ,………….” Kata nenek panjang lebar sembari menyiapkan hidangan sarapan pagi untuk kedua cucu kesayangannya itu. Saila hanya senyum-senyum mendengar ceramah pagi sang nenek, karena saila terbayang masa lalunya yang dirasa lawak. Tomboy abizzz…………hehehe.
            “Ya udah nek, kita kan udah berusaha …………. Dan yang punya hati setiap insan didunia ini kan Allah nek, karena itulah kita berdo’a moga aja Naida cepet diberi hidayah ya nek ………… kan kita udah usaha semampu kita. J” Kata Saila simple. Mendengar perkataan Naida, Nenek bisa meneteskan air mata. Dari dalam kamar, Naida menangis lirih mendengar percakapan antara sang nenek dengan kakaknya.
@_@
Pagi itu, 06.35 am
            “Assalamu’alaikum …………. J” sapa Naida yang sepontan membuatnya dihujam tatapan heran oleh kakak dan neneknya. Betapa tidak ? Naida yang dikenal genit dan alergi dengan jilbab berdiri dihadapan mereka dengan balutan busana yang sungguh sopan dan menutup seluruh lekuk tubuhnya yang indah. Pagi itu, Naida mengenakan JILBAB!!!
            “Wa’alaikumussalam” Jawab nenek dan Saila serempak.
            “Naida ??? ini benar-benar kamu kan ???” Tanya Saila tak percaya sembari beranjak dari duduknya dan menghampiri Naida.
            “Iya kak, ini Naida ……. J” Dengan senyum bahagia Naida menjawab tanya sang kakak dan kemudian panangannya beralih lekat pada wajah senja sang nenek yang sungguh sangat terharu pagi itu.
            “Alhamdulillah ya Allah ………….. Cucuku ???? Kamu cantik sekali ndok pagi ini, Sini cah ayu ………. Sini dekat sama nenek” Ucap nenek penuh syukur dalam tangisnya dan meminta Naida untuk mendekat. Nenek ingi sekali memeluk Naida pagi itu. Melihat itu semua, Saila menangis dan dengan suara gemetar dia mengucap syukur kepada Allah.
            “Trimakasih ya Allah …….Hidayahmu sungguh nyata.” Sailapun sujud syukur karenanya.
@_@
Pagi Itu, 06.50 am
            Pagi itu Naida berangkat kesekolah lebih awal dari biasa. Dengan sepeda wimcycle ungunya dia tiba sebelum lonceng tanda masuk berbunyi. Mungkin baginya itu suatu hal yang lumrah, karena Naida telah berazam untuk berubah. Tapi kejadian pagi itu sungguh sangat menggemparkan sekolah. Penampilan Naida yang tiba-tiba berubah lebih sopan membuat semua orang yang mengenali naiad menjadi terheran-heran. Termasuk Mang Ujang si satpam sekolah yang selalu Naida kelabuhipun menjadi heran sekaligus bangga pada Naida, karena Mang Ujang menganggap itu semua berkat kerja kerasnya menyeramahin si naiad setiap pagi dan Naida bahagia melihat itu semua.
            Ketika semua orang tercengang melihatnya, ada satu orang yang tiba-tiba menghampiri Naida dan menyapanya.
            “Naida ??? Ini teh beneran kamu ???”  Sapa kak Ogi dengan nada gugup.
            “Iya kak, ini Naida……… Assalamu’alaikum kak” Jawab Naiada dengan senyum malu-malu sembari mengucap salam.
            “Wa..wa’alaikumussalam Naida… Kamu the geulis pisan pagi ini ……….. akang the sampek klepek-kelepek atuh ngeliatnya………. J Selamat ya Naida
            “Aduh kakak nih ada-ada aja ………. Tapi itu selamat untuk apa kak ???
            “eleh-eleh eneng mah purak-purak nggak ngerti yak ? ya akang mah ngucapin selamat atas perubahan si eneng…. Subehanallah neng geulis pisan euy
            “Kakak nih bias aja, trimakasih ya kak pujiannya………. Tapi sebenarnya pujian itu nggak pantas Naida terima kak.
            “Oh … engng Naida santé wae…. Akang teh tulus ngomongnya ………..beneran neng….. akang semakin kagum sama neng Naida.
            Mendengar pujian kak Ogi membuat jantung Naida sedikit berdetak lebih cepat, sepertinya ada sedikit perasaan asing yang menyusup di hatinya. Entah perasaan apa itu Naidapun tak tahu. Yang Naida tahu hanya sosok seorang Dion Tirtayogi Pratama yang sering dipanggilnya kak Ogi sedang memujinya, dan Naida juga tahu bahwa sebenarnya semenjak Naida kelas satu Ogi telah kagum dan sayang padanya, hingga kini telah dua tahun perasaan sang kakak senior itu tak terbalaskan olehnya. Hoho …..kasian ya.
            Dan percakapan mereka terputus karena lonceng tanda masuk telah berbunyi.
@_@
Dalam Ruangan Kelas VIII.1
Pagi Itu, 07.00 am
            “Aduh-aduh sampai pangling saya ……… tadi saya kira kamu teh anak baru. Eeh rupanya kamu Neng Naida ? geulis bener atuh pagi ini. Kamu teh kesambet apa tadi malam ?
            “Hehehe …. Makasih ya Lisa, tapi kok kamu ngira ada sesuatu yang nyambet aku sih ? lucu deh kamu Lis” kata Naida simple.
            “ya habisnya kamu teh nggak bilang-bilang mau pake jilbab…. Saya jadi ikut bahagia liat nya atuh. Oia Da, ngomong-ngomong geng kamu teeh udah pada tahu belum kalau sekarang kamu pake jilbab ?” Tanya Lisa penasaran, karena sebelum Naida berhijrah dia dikenal sebagai sosok yang sangat genit, malas dan ketua Geng di sekolahnya. Mendengar pertanyaan Lisa itu Naida juga cemas. Dan berharap teman-teman geng nya tetap bias menerimanya.
            “heemmm.. belum tahi sih Lis, tapi Naida harap sih mereka bias ngertiin Naida ya Lis….” Jawab Naida sembari menggigit bibir mungilnya tanda cemas.
            “Aamiin ………. Lisa teeh berdo’a semoga mereka tetep bias nerima yak. Tapi neng, bukannya neng Krista teeh anti pisan ama awewek berjilbab ??? saya the bicara kayak gini sesuai fakta neng, karna sampai sekarang neng Krista teeh masih sinis kalo ketemu saya atuh” kata Lisa panjang lebar mengomentari kebiasaan Krista, teman satu Geng Naida.
            “Iya Lis, Naida juga tahu itu …….. Jika memang  mereka tidak bias menerima perubahanku, yam au gimana lagi ??? Aku hanya bias berdo’a semoga mereka cepat diberi hidayah ya …… hehehe
            “wah betul itu Da ….. kamu teh pinter yak” puji Lisa dengan mengacungkan kedua ibu jari tangannya dihadapan Naida.
            “Siapa dulu dong ? Dwiningsih Naidaturrahmah gitu loh ……….. hehehe ……. Udah ah kita nih nanti jatuhnya malah su’udzon lagi ke Krista hehehe ……….” Naida menghentikan percakapannya dengan Lisa.
            Dan waktu sungguh sangat cepat berlalu.
­@_@
Bersambung .........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar