SURAT MISTERIUS
PART 2
19 September 2005
Pagi itu, 05.30 am
Pagi
itu udara sangat sejuk berpadu harmonis dengan suasana asri pedesaan yang
sangat damai. Mentari pagi juga bersinar dengan penuh kehangatan, sinarnya yang
menerpa embun di pucuk-pucuk dedaunan sungguh menyilaukan. Hamparan sawah yang
luas terbentang, lambaian-lambaian lembut nyiur hijau di pematang-pematang
sawah dan merdunya suara nyanyian burung-burung kecil yang saling
bersahut-sahutan menggambarkan kesempurnaan penciptaan Tuhan akan keindahan
alam semesta.
Sudah
satu minggu Saila di rumah neneknya, dia merasakan adanya ketenangan saat
berada di desa tersebut, suasana yang jarang dan takkan mungkin dia temukan di
kota tempat tinggal ayah ibunya, dan situasi itu menjadi semakin indah karena
dia lalui bersama-sama dengan adiknya tercinta yakni Dwiningsih Naidaturrahmah
dan dalam kebersamaan nya itu Saila ingin mengajak Naida untuk lebih dekat
dengan agama. Namun Saila merasakan sesuatu yang berbeda pada beberapa hari
setelah kedatangan Saila ke rumah nenek. Tempatnya satu minggu dari hari
kedatangannya itu, Saila melihat ada sedikit perubahan dari tingkahlaku Naida.
Baik itu dari segi penampilan maupun sifatnya. Naida sekarang sudah tidak lagi
manja dan malas. Naida sudah jarang bangun kesiangan dan lebih menjaga
shalatnya tapi Naida terlihat semakin pendiam seperti sedang memendam sesuatu
yang tentunya mengganggu fikirannya. Walaupun hati Saila bahagia melihat
perubahan Naida, Dia tetap merasa harus melakukan perbincangan dari hati-kehati
dengan Naida agar Dia bisa mengetahui apa yang sedang di fikirkanvoleh Naida.
Saat
Naida melintas didepan kamar Saila menuju emper depan rumah nenek, Saila
bergegas mengikutinya. Dan Sailapun menyapa Naida dengan kata-kata lembutnya.
“Naida…………kamu kok kelihatan semakin pendiam
sih sejak kakak dating ??? kamu akhir-akhir ini semakin pendiam saja kakak
lihat. Kamu kenapa sih ?” Tanya Saila hati-hati.
Naida
masih membisu, tak satu kata pun terucap dari lisannya. Naida belum mau
menjawab apa gerangan yang membuat hatinya gundah dan membuatnya berdiam diri
dan membisu. Dan Saila tetap sabar menanti……………….
10 Menit Kemudian.
Akhirnya kesabaran Saila membuahkan
hasil, Naida mau menceritakan apa yang sedang mengganggu fikirnya kepada Saila.
“Kak,
apa sih alas an kakak pakai jilbab ??? Trus kakak juga hobby banget pakai rok
kemana-mana………………. Apa nggak ribet kak ???” Tanya Naida lirih dengan raut wajah
malu-malu dan pertanyaan itu sepontan membuat Saila tersenyum sekaligus
bahagia. Dengan sabar saila menjelaskan sesuai dengan apa yang dia ketahui.
“Owh…………..jadi
itu ya yang mengganggu fikiran mu…………..???”
Naida
hanya mengangguk. Ditatapnya wajah Saila lekat-lekat, seakan Naida tak ingin
melewatkan satu katapun dari penjelasan yang akan keluar dari lisan sang kakak.
Melihat kesungguhan Naida, Saila segera menjelaskan sesuai dengan apa yang
ditanyakan Naida.
“Adikku
sayang ………… Kamu tahu nggak, di agama kita ini Jilbab itu wajib. Bukan hanya
sekedar penutup kepala lhoo ………….. Tapi jilbab adalah penutup aurat bagi setiap
wanita-wanita muslim. Dan kakak juga nggak pernah ngerasa ribet kok walaupun
kemana-mana harus makai rok…… J”
“Oooo
….. jadi gitu ya kak ?”
“Iya
sayang …………. Memang seperti itu hukumnya ………………. Kakak seneng deh, akhirnya
kamu perlahan-lahan berubah….. kakak berharap hidayah Allah ini nyata. Dan kamu
menjadi Naida yang menegakkan syariat seutuhnya.”seusai menjelaskan itu
semua, Saila tersenyum tipis dan hatinya merasa sangat bahagia, akhirnya
kesabarannya menguak sebahagian yang membuat gundah hati Naida.
“Makasih
ya kak ………….. J”
Saila hanya tersenyum dan
mengusap-usap rambut Naida dengan penuh kasih sambil berlalu meninggalkan
Naida.
@_@
Hidayah Itu Datang
Malam itu, 21 september 2005
Mungkin malam itu adalah malam yang
sangat bersejarah bagi Naida. hatinya terasa sangat tenang seusai membaca kalam
ilahi. Malam itu pula Dia rasakan sangat berbeda dari hari-hari yang telah ia
lalui sebelum-sebelumnya. Sungguh indah dan sangat menenangkan.
Pagi itu 04.50 am
Sayub-sayub suara muadzin mulai
terdengar mengumandangkan adzan subuh. Naida bergegas bangkit dari sajadahnya
untuk menunaikan shalat subuh. Setelah sebelumnya telah ia tunaikan shalat
sunah tahajud dan tilawah Al-Qur’an. Naida berazam dalam hati bahwa Naida ingin
berubah menjadi seperti Saila, lebih dekat kepada Allah.
@_@
“Saila,
apa kamu sudah lihat Naida keluar dari kamar pagi ini ?”
“Belum
Nek ……………. Paling juga adik kesiangan lagi nek ……… hehe ….. tradisi pagi nek.
Masak nenek lupa ?”
“iyo
yo ndok …………. Memang adikmu itu punya bakat bandel. Sama kayak kamu dulu……….
Kalau dinasehatin itu susah banget nerimanya………….. tapi nenek bersyukur karna
sekarang kamu sudah berubah ,………….” Kata nenek panjang lebar sembari
menyiapkan hidangan sarapan pagi untuk kedua cucu kesayangannya itu. Saila
hanya senyum-senyum mendengar ceramah pagi sang nenek, karena saila terbayang masa
lalunya yang dirasa lawak. Tomboy abizzz…………hehehe.
“Ya
udah nek, kita kan udah berusaha …………. Dan yang punya hati setiap insan didunia
ini kan Allah nek, karena itulah kita berdo’a moga aja Naida cepet diberi
hidayah ya nek ………… kan kita udah usaha semampu kita. J”
Kata Saila simple. Mendengar perkataan Naida, Nenek bisa meneteskan air mata.
Dari dalam kamar, Naida menangis lirih mendengar percakapan antara sang nenek
dengan kakaknya.
@_@
Pagi itu, 06.35 am
“Assalamu’alaikum
…………. J”
sapa Naida yang sepontan membuatnya dihujam tatapan heran oleh kakak dan
neneknya. Betapa tidak ? Naida yang dikenal genit dan alergi dengan jilbab
berdiri dihadapan mereka dengan balutan busana yang sungguh sopan dan menutup
seluruh lekuk tubuhnya yang indah. Pagi itu, Naida mengenakan JILBAB!!!
“Wa’alaikumussalam”
Jawab nenek dan Saila serempak.
“Naida
??? ini benar-benar kamu kan ???” Tanya Saila tak percaya sembari beranjak
dari duduknya dan menghampiri Naida.
“Iya
kak, ini Naida ……. J” Dengan senyum bahagia Naida menjawab
tanya sang kakak dan kemudian panangannya beralih lekat pada wajah senja sang
nenek yang sungguh sangat terharu pagi itu.
“Alhamdulillah
ya Allah ………….. Cucuku ???? Kamu cantik sekali ndok pagi ini, Sini cah ayu ……….
Sini dekat sama nenek” Ucap nenek penuh syukur dalam tangisnya dan meminta
Naida untuk mendekat. Nenek ingi sekali memeluk Naida pagi itu. Melihat itu
semua, Saila menangis dan dengan suara gemetar dia mengucap syukur kepada
Allah.
“Trimakasih
ya Allah …….Hidayahmu sungguh nyata.” Sailapun sujud syukur karenanya.
@_@
Pagi Itu, 06.50 am
Pagi itu Naida berangkat kesekolah
lebih awal dari biasa. Dengan sepeda wimcycle ungunya dia tiba sebelum lonceng
tanda masuk berbunyi. Mungkin baginya itu suatu hal yang lumrah, karena Naida
telah berazam untuk berubah. Tapi kejadian pagi itu sungguh sangat
menggemparkan sekolah. Penampilan Naida yang tiba-tiba berubah lebih sopan
membuat semua orang yang mengenali naiad menjadi terheran-heran. Termasuk Mang
Ujang si satpam sekolah yang selalu Naida kelabuhipun menjadi heran sekaligus
bangga pada Naida, karena Mang Ujang menganggap itu semua berkat kerja kerasnya
menyeramahin si naiad setiap pagi dan Naida bahagia melihat itu semua.
Ketika semua orang tercengang
melihatnya, ada satu orang yang tiba-tiba menghampiri Naida dan menyapanya.
“Naida
??? Ini teh beneran kamu ???” Sapa
kak Ogi dengan nada gugup.
“Iya
kak, ini Naida……… Assalamu’alaikum kak” Jawab Naiada dengan senyum
malu-malu sembari mengucap salam.
“Wa..wa’alaikumussalam
Naida… Kamu the geulis pisan pagi ini ……….. akang the sampek klepek-kelepek
atuh ngeliatnya………. J Selamat ya Naida”
“Aduh
kakak nih ada-ada aja ………. Tapi itu selamat untuk apa kak ???”
“eleh-eleh
eneng mah purak-purak nggak ngerti yak ? ya akang mah ngucapin selamat atas
perubahan si eneng…. Subehanallah neng geulis pisan euy”
“Kakak
nih bias aja, trimakasih ya kak pujiannya………. Tapi sebenarnya pujian itu nggak
pantas Naida terima kak.”
“Oh
… engng Naida santé wae…. Akang teh tulus ngomongnya ………..beneran neng….. akang
semakin kagum sama neng Naida.”
Mendengar pujian kak Ogi membuat
jantung Naida sedikit berdetak lebih cepat, sepertinya ada sedikit perasaan
asing yang menyusup di hatinya. Entah perasaan apa itu Naidapun tak tahu. Yang
Naida tahu hanya sosok seorang Dion Tirtayogi Pratama yang sering dipanggilnya
kak Ogi sedang memujinya, dan Naida juga tahu bahwa sebenarnya semenjak Naida
kelas satu Ogi telah kagum dan sayang padanya, hingga kini telah dua tahun
perasaan sang kakak senior itu tak terbalaskan olehnya. Hoho …..kasian ya.
Dan percakapan mereka terputus
karena lonceng tanda masuk telah berbunyi.
@_@
Dalam Ruangan Kelas VIII.1
Pagi Itu, 07.00 am
“Aduh-aduh
sampai pangling saya ……… tadi saya kira kamu teh anak baru. Eeh rupanya kamu
Neng Naida ? geulis bener atuh pagi ini. Kamu teh kesambet apa tadi malam ?”
“Hehehe
…. Makasih ya Lisa, tapi kok kamu ngira ada sesuatu yang nyambet aku sih ? lucu
deh kamu Lis” kata Naida simple.
“ya
habisnya kamu teh nggak bilang-bilang mau pake jilbab…. Saya jadi ikut bahagia
liat nya atuh. Oia Da, ngomong-ngomong geng kamu teeh udah pada tahu belum
kalau sekarang kamu pake jilbab ?” Tanya Lisa penasaran, karena sebelum
Naida berhijrah dia dikenal sebagai sosok yang sangat genit, malas dan ketua
Geng di sekolahnya. Mendengar pertanyaan Lisa itu Naida juga cemas. Dan
berharap teman-teman geng nya tetap bias menerimanya.
“heemmm..
belum tahi sih Lis, tapi Naida harap sih mereka bias ngertiin Naida ya Lis….”
Jawab Naida sembari menggigit bibir mungilnya tanda cemas.
“Aamiin
………. Lisa teeh berdo’a semoga mereka tetep bias nerima yak. Tapi neng, bukannya
neng Krista teeh anti pisan ama awewek berjilbab ??? saya the bicara kayak gini
sesuai fakta neng, karna sampai sekarang neng Krista teeh masih sinis kalo
ketemu saya atuh” kata Lisa panjang lebar mengomentari kebiasaan Krista,
teman satu Geng Naida.
“Iya
Lis, Naida juga tahu itu …….. Jika memang
mereka tidak bias menerima perubahanku, yam au gimana lagi ??? Aku hanya
bias berdo’a semoga mereka cepat diberi hidayah ya …… hehehe”
“wah
betul itu Da ….. kamu teh pinter yak” puji Lisa dengan mengacungkan kedua
ibu jari tangannya dihadapan Naida.
“Siapa
dulu dong ? Dwiningsih Naidaturrahmah gitu loh ……….. hehehe ……. Udah ah kita
nih nanti jatuhnya malah su’udzon lagi ke Krista hehehe ……….” Naida
menghentikan percakapannya dengan Lisa.
Dan waktu sungguh sangat cepat
berlalu.
@_@
Bersambung .........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar