SURAT MISTERIUS
PART 3
Badai Itu Merayu dikala Futurku.
Kamis, 13 Oktober 2005
Sudah
satu bulan ini hidayah Allah itu Naida rasakan, perasaan Naida menjaadi lebih
tenang dan tentram.Padahal dahulu sempat terfikirkan oleh Naida jika ia
berkomitmen mengenakan jilbab pasti ia akan dikucilkan oleh temen-temannya, dicemo’oh
dan ditertawakan habis-habisan. Tapi ternyata itu fikiran yang salah….Dengan
Naida berjilbab, Naida semakin dapat merasakan kasih sayang Allah kepadanya itu
semakin dekat. Yang membuatku lebih bersyukur, teman-teman sepermainan ku yang
lebih sering dikenal dengan sebutan “GEnK
NicE n Beautifull” itu tidak menjauhiku. Sungguh beribu-ribu kata syukur
Naida haturkan kepada sang Pemilik hati setiap insan.
@_@
Siang Itu, 01.35 Pm
Siang
itu mentari bersinar terik, nikmat sekali rasanya jika meneguk segelas teeh es
yang dijual di warung bude yang letaknya tak jauh dari posisi tempat Naida
berdiri. Tapi sayangnya itu tak mungkin Naida lakukan. Karena hari ini dia
sudah berniat untuk menunaikan ibadah puasa sunah senin kamis, dan naidapun
hanya dapat menelan ludah membayangkan kesegaran teeh es itu.
Hari itu kebetulan kak Saila pergi
kepasar membawa sepeda Naida karena harus berbelanja unuk persiapan 1 bulan
sehingga Naida fikir terlalu berat jika kak Saila harus menjinjing blanjaanya.
Sehingga hari ini Naida mau tidak mau harus berjalan kaki. Mungkin dahulu
berjalan kaki adalah hal yang lumrah Naida lakukan. Tapi siang itu, Naida
serasa ingin pingsan. Kadang disaat-saat seperti itu Naida teringat akan orang
tuanya yang serba berkecukupan, apakah mereka sempat dan pernah memikirkan
bagaimana keadaan naida sekarang ??? Sungguh sangat menyakitkan bagi Naida jika
mengingat itu semua, karena walaupun Naida memiliki orang tua yang kaya, dia
terlihat sangat sederhana dan baginya kak Saila itu jauh lebih beruntung
hidupnya dibandingkan dirinya. Saat langkahnya benar-benar gontai, terdengar
suara seseorang memanggilnya.
“Hai
Naida ??? Kok jalan kaki sih ??? mana sepedamu ???” Sapa Ananta dari dalam
mobilnya.
“Eh
Ananta…..iya hari ini naida jalan kaki. Karna kak Saila harus memakai sepeda
buat pergi kepasar ….” Jawab Naida dengan kening berkerut dan senyum simpul
tersungging dibibir mungilnya.
“owh
kirain sepedamu bocor lagi kena paku. Ya udah low gitu ayo kamu ikut kami aja
…. Biar kami antar kamu pulang” kata Ananta member tawaran.
Mendengar
tawaran Ananta itu membuat Naida terdiam. Naida tentunya segan jika harus
nebeng pulang bareng Ananta, walaupun sebenarnya Ananta itu juga teman satu
geng dengan Naida dulu. Tapi Naida segan jika harus menolak ajakan Ananta itu,
Naida tidak mau dianggap sok Alim sama Ananta dan yang lainnya. Karena itulah
akhirnya Naida memutuskan untuk menerima ajakan Ananta.
@_@
Setelah
beberapa menit mobil melaju dibawah kendali Ananta, Naida merasakan ada sesuatu
yang janggal.
“Ananta
kita mau kemana ? Inikan bukan jalan pulang kerumah kita ???” Tanya Naida
sedikit cemas. Melihat itu semua Ananta hanya menoleh sejenak kea rah Naida
dengan senyum sinis tersungging di wajahnya, dan Ananta malah semakin
mempercepat laju mobilnya.
“Tenang
lah Nai, apa kamu udah nggak percaya lagi ya sama kami ??? Cemas amat tuh muka
kelihatannya ???” Tanya Krista tiba-tiba dengan suara yang sedikit
berintonasi tinggi. Naida kemudian menunduk terdiam, memohon ampun kepada Allah
karena dia hamper saja bersuudzon kepada teman-teman baiknya dan setelah itu
Naida berfikir bahwa teman-temannya itu takkan mungkin mencelakakan nya.
Beberapa menit pun telah berlalu,
Naida akhirnya terbawa juga dengan suasana. Hingga sampailah mereka pada suatu
tempat yang sepertinya sangat familiar oleh Naida.
“okee
……….. akhirnya sampai juga kita.” Kata Ananta sembari memarkirkan mobil
nya.
Melihat
itu Naida menjadi terkejut, dan dia pun bertanya kepada Ananta.
“Ananta,
ngapain kita kesini lagi ??? bukannya ini café yang dulu sering kita jadikan
tempat nongkrong waktu kia masih bandel-bandelnya dulu ???” Tanya Naida
dengan nada yang semakin cemas.
“Owe
m jiii ………….. kamu masih ingat Nai ??? baguslah….” Kata Ananta menjawab
dengan datar dan santai.
“Tapi
bukannya kita bertiga udah sepakat nggak akan ngedatengin ini kafe lagi ??? kan
bahaya anak seumuran kita kelayapan di kafe yang kayak gini ??? jauh dari desa
pulak nih tempatnya. Kalian serius mau mampir ke kafe ini ???”
“Aduh
Nai …… Kamu nih makin cupu aja ya ??? udahlah enjoy aja kale …………. Kita
nikmatin aja masa muda kita yang menyenangkan ini.” Kata Krista sambil
merangkul Naida yang hanya terbengong dan mengajak Naida melangkah memasuki
salah satu tempat yang tersedia.
“Tapi
Kris, ini nggak baek untuk kita…..” Kata Naida mencoba menasehati.
“Udah
lah Nai, kita kesinikan bukan untuk nongkrong kayak dulu-dulu….. kita kan Cuma
mau makan doank…. Jadi ya fine.fine aja kan ???” Kata Ananta membela
Krista.
“Tapi
aku puasa hari ini ……jadi aku nggak bias ikut kalian. Naida tunggu kalian
disini aja ya ?” Pinta Naida kepada Krista dan Ananta. Tapi Ananta Dan
Krista meyakin kan Naida agar dia tetap ikut serta, walaupun tidak makan.
Karena tidak ingin dibilang sombong oleh kedua temannya itu, Naida akhirnya
nurut saja dan sampailah mereka di dalam café itu. Usaha Krista dan Ananta
tidak berhenti sampai disitu, meereka terus dan terus membujuk Naida hingga
akhirnya Naida tergoda. Keimananya yang masih dangkal belum mampu menjadi
tameng kekhusyu’an nya agar tetap istiqomah dijalan yang telah ia pilih. Dan
kefuturan itu menghinggab dengan mudahnya pada diri Naida.
Siang itu niat puasanya tadi pagi
batal begitu saja, Naida telah makan siang bersama kedua teman-temannya. Seusai
makan, Naida dan Krista segera berkemas untuk pulang. Tapi si Ananta tampak
sibuk mencari sesuatu, wajahnya pucat dan tubuhnya menggigil.
“Aan
, kamu kenapa ??? sakit ya ?” Kata Naida khawatir.
“Ah
nggak…. Aku nggak kenapa-kenapa kok.” Kata Ananta sambil menelan beberapa
butir pil yang tadi ia cari, dan setelah itu keadaan Anantapun membaik. Melihat
itu Naida menjadi penasaran. Naida bertanya kepada Ananta, sebenarnya obat apa
yang diminum nya itu ? Ananta tampak bingung menjelaskannya, tapi kemudian ia
menemukan akal untuk mengelabuhi Naida.
“Owh
ini Cuma pil penenang aja kok Nai, kamu kan tahu keadaan keluargaku yang broken
home. Atau kamu juga mau nyoba minum Nai ??? aku tahu kok kalau kamu itu
sebenarnuya sering frustasikan mikirin sikap ortu mu yang nggak pernah
perhatian apalagi ngeurusin kamu ………. Kayaknya nih obat bagus deh kamu minum
kalau kamu lagi suntuk, biar hati dan fikiranmu itu tenang Nai ………….” Kata
Ananta kepada Naida sambil menyerahkan satu bungkus pil-pil kecil yang entah
apa namanya. Melihat kelakuan Ananta itu Krista menjadi marah.
“Aan
kamu apaan sih ???” menegur kelakuan Ananta.
“Udah
deh Kris, kamu diam aja ………… ini Cuma obat biasa aja kok. Biar Naida bisa
tenang hidupnya……..apalagi sekarang dia udah coba untuk hidup lebih istiqomah,
jadi nih obat cocok deh buat dia …………” Kata Ananta membela diri. Mendengar
kata-kata Ananta tadi membuat Naida menjadi semakin yakin bahwa Ananta itu
sebenarnya mempunyai niat baik untuk berbagi kepadanya, dan Naidapun menerima
pemberian Ananta. Dengan harapan obat itu dapat menenangkan hatinya saat dia
kesal memikirkan kedua orangtuanya. Ananta tersenyum bahagia melihat itu semua,
tetapi Krista malah cemas dan mengkhawatirkan Naida.
@_@
Bersambung ............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar