BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Setiap organism merupakan suatu sistem terbuka yang
berhubungan dengan lingkungannya melalui pertukaran energi dan materi secara
terus menerus. Didalam aliran energi dan siklus kimia yang mempertahankan
ekosistem agar tetap hidup, dan melakukan tahapan pokok yaitu
mentransformasikan senyawa anorganik menjadi senyawa organik. Namun demikian,
autotrofik tidak berarti otonom. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari sebagai sumber
energi untuk melakukan fotosintesis. Untuk mensintesis bahan organik, tumbuhan
juga memerlukan bahan mentah dalam bentuk bahan-bahan anorganik seperti CO2,
H2O dan berbagai mineral yang ada sebagai ion anorganik dalam tanah. Melalui
sistem akar dan sistem tunas yang saling menjalin pada suatu tumbuhan memiliki
jaringan kerja yang sangat ekstensif dengan lingkungannya (tanah dan udara),
yang merupakan nutrien anorganik tumbuhan tersebut.
Pada makalah ini akan dibahas lebih banyak lagi
mengenai kebutuhan nutrisi tumbuhan dan beberapa cara seperti konservasi dan
tekhnik budidaya hidroponik yang dapat dilakukan untuk memperoleh hasil
tumbuhan yang baik karena tercukupi nutrisinya.
B.
Ruang
Lingkup
Secara garis besar makalah ini memiliki topik
mengenai nutrisi tumbuhan. Secara lebih khususnya makalah ini akan membahas
tentang poin-poin yang dianggap penting seperti nutrisi tumbuhan, peranan tanah
dalam nutrisi tumbuhan hingga pada kasus khusus nitrogen sebagai nutrien
tumbuhan yang dijabarkan secara singkat, sehingga diharapkan dapat mudah
dipahami dan dimengerti.
C.
Tujuan
Makalah
·
Nutrisi apa saja yang dibutuhkan oleh
tumbuh-tumbuhan?
·
Apakah ada keterkaitan antara peranan
tanah dalam nutrisi tumbuhan?
·
Apakah kasus khusus nitrogen sebagai
nutrien tumbuhan?
D.
Manfaat
Makalah
Dengan penyajian materi secara singkat tentang
nutrisi tanah ini diharapkan dapat mempermudah pembelajaran dalam proses
belajar mengajar.
E.
BAB II
PEMBAHASAN
NUTRISI TUMBUHAN
A.
KEBUTUHAN
NUTRISI TUMBUHAN
1.
Komposisi
Kimia Tumbuhan Memebri Petunjuk Mengenai Kebutuhan Nutrisi
Analisa kimia merupakan cara untuk mengetahui
unsur-unsur kimia yang terdapat dalam tubuh tumbuh-tumbuhan, untuk
mengetahui dalam bentuk apa saja dan darimana unsur-unsur tersebut
diambil oleh tumbuh-tumbuhan.
Unsur-unsur
yang diperlukan tumbuh-tumbuhan disebut zat hara.
Zat hara terbagi atas beberapa kelompok
yaitu:
1) Makroelemen
(zat hara pokok) yaitu unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak.
Unsur-unsur tersebut:
C-H-O-N-S-P-K-Ca-Mg-Fe
2) Mikro elemen (zat hara
tambahan) yaitu unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit sekali,
tapi penting untuk petumbuhan. Unsur-unsur tersebut merupakan: Mn-Zn-B-Cu-Mo
3) Unsur-unsur yang hanya penting untuk
tumbuhan tertentu. Unsur-unsur tersebut merupakan: Na-Al-Cl-Si-Co
Fungsi
unsur-unsur tersebut untuk tumbuh-tumbuhan
·
C-H-O :
untuk pembentukan karbohidrat
·
N
: untuk pembentukan protein
·
P
: untuk pembentukan AND, ARN, ATP, ADP
·
S
: untuk pembuatan AND, ARN, ATP, ADP
·
K
: untuk enzim
·
Ca
: untuk pembuatan dinding sel
·
Mg
: untuk pembuatan klorofil
·
Fe
: untuk katalisator
Semua unsur-unsur yang diperlukan diambil dari dalam
tanah oleh akar dalam bentuk larutan garam mineral kecuali CO2 untuk
berfotosintesa dan O2 untuk berrespirasi, yang diambil dari udara
dalam bentuk gas
CO2
masuk melalui stoma dan O2 masuk melalui seluruh epidermis tubuhnya
dan lentisel.
Tumbuhan memang mengekstraksi mineral
dari tanah. [1]Nutrien Mineral adalah unsur kimia
esensial yang diserap dari tanah dalam bentuk ion anorganik. Sebagai contohnya,
tumbuhan membutuhkan nitrogen, yang mereka peroleh dari tanah terutama dalam
bentuk ion-ion nitrat (NO3-). Namun demikian, seperti
yang dapat kita simpulkan dari dataVan Helmont, nutrient mineral dari tanah
hanya member kontribusi kecil pada keseluruhan tumbuhan tersebut. Sekitar 80%
sampai 85% dari masa herba (tumbuhan tidak berkayu) adalah air, dan sebagian
besar tumbuhantumbuh dengan cara mengakumulasi air di dalam vakuola tengah
sel-selnya.
Air
dapat dianggap sebagai nutrient karena air menyediakan sebagian besar atom hidrogen
dan beberapa dari atom-atom oksigen yang digabungkan dalam senyawa organik pada
peristiwa fotosintesis. Umumnya lebih dari 90% air yang diserap oleh tumbuhan
hilang melalui transpirasi, dan sebagian besar dari air yang dipertahankan oleh
tumbuhan ternyata berfungsi sebagai bahan pelarut, memungkinkan terjadinya
pemanjangan sel, dan bertugas mempertahankan bentuk jaringan yang lunak dengan
cara menjaga agar sel-sel tetap turgid.
2.
Tumbuhan
Memerlukan Sembilan Makronutrien dan Paling Tidak Delapan Makronutrien
Suatu unsure kimia tertentu dianggap
sebagai suatu nutrient esensial jika
nutrient tersebut diperlukan agar suatu tumbuhan dapat tumbuh dari sebuah biji
dan menyelesaikan siklus kehidupannya, dan menghasilkan generasi biji yang
baru.
Unsur
yang diperlukan oleh tumbuhan dalam jumlah yang relative besar disebut makronutrien. Terdapat Sembilan
makronutrien, yang meliputi enam unsur penyusun utama senyawa organik yaitu:
·
Karbon (C)
·
Oksigen (O)
·
Hidrogen (H)
·
Nitrogen (N)
·
Sulfur (S)
·
Dan Fosfor (P)
Terdapat pula tiga makro molekul lainnya
yaitu:
·
Kalium (K)
·
Kalsium (Ca)
·
Dan Magnesium (Mg)
Selain makronutrien, unsure-unsur yang
diperlukan tumbuhan dalam jumlah sangat sedikit disebut mikronutrien. Kedelapan
mikronutrien tersebut adalah: besi, klorida, tembaga, mangan, seng, molybdenum,
boron, dan nikel. Pada tumbuhan unsure-unsur ini sebagian berfungsi sebagai
kofaktor-kofaktor reaksi enzimatik.
Contohnya:
Besi adalah salah satu komponen logam
pada sitokrom, protein yang berfungsi dalam rantai transport electron dari
kloroplas dan mitokondria. Mikro nutrient umumnya memainkan peran sebagai
katalik yang hanya dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah yang sangat kecil.
3.
Gejala
Defisiensi Mineral Bergantung Pada Fungsi dan Mobilitas Unsur
Gejala-gejala dari suatu defisiensi
mineral dipengaruhi sebagian oleh fungsi nutrient di dalam tumbuhan. Sebagai
contohnya yaitu pada defisiensi magnesium sebagai suatu unsure penyusun
klorofil akan menyebabkan penguningan pada daun, atau sering disebut dengan
klorosis.
Gejala defisiensi mineral tidak saja
bergantung pada peranan nutrient dalam tumbuhan, akan tetapi juga pada
mobilitasnya di dalam tumbuhan. Jika suatu nutrient bergerak agak bebas dari
satu bagian tumbuhan ke bagian yang lain, gejala defisiensi pertama kali akan
muncul pada organ yang lebih tua. Hal ini karena jaringan-jaringan muda yang
masih tumbuh memiliki daya tarik yang lebih kuat dibandingkan dengan jaringan
tua untuk menarik nutrient yang jumlahnya kurang.
Gejala-gejala defisiensi mineral
seringkali sudah cukup jelas bagi seorang ahli fisiologi tumbuhan ataupun
petani untuk mendiagnosis penyebabnya. Salah satu cara yang memperkuat
diagnosis mengenai suatu defisiensi yang spesifik adalah dengan menganalisis
kandungan mineral dari tumbuhan tanah dimana tumbuhan tersebut tumbuh.
Defisiensi yang sering terjadi yaitu defisiensi nitrogen, kalium dan fosfor.
Salah satu cara untuk menjamin nutrisi
mineral yang optimal adalah dengan menanam tumbuhan secara hidroponik diatas
larutan-larutan nutrient yang jumlahnya dapat diatur secara tepat.
B.
PERAN
TANAH DALAM NUTRISI TUMBUHAN
1.
Karakteristik
Tanah Merupakan Faktor Lingkungan Yang Penting Dalam Ekosistem Darat
Tekstur dan komposisi kimia tanah
merupakan faktor utama yang menentukan jenis tumbuhan apa yang dapat tumbuh
dengan baik pada lokasi tertentu, apakah itu suatu ekosistem alam ataupun
daerah pertanian.
a.
Tekstur
dan Komposisi Tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tanah yang
menunjukan kasar halusnyatanah. Ini dapat dideteksi dengan cara memirit tanah
denngan jari tangan.
Klasifikasi Tekstur
Tanah:
Pengelompokan
tanah terdiri dari : pasir, debu, liat
1)
Pasir
-
memiliki ciri terasa kasar jika dipegang
-
berbutir
-
tidak lengket
-
tidak bias dibentuk bola atau gulungan
-
pengalirkan air (porous/permeable)
2)
Debu/Endapan
-
terasa tidak kasar
-
masih terasa berbutir
-
agak melekat
-
dapat dibentuk bola atau tegak
3)
Liat
-
terasa berat
-
halus
-
sangat lekat
-
dapat dibentuk bola dengan baik
-
mudah digulung
-
juka dibentuk pita panjang mencapai 5 cm atau lebih
-
agak sulit menyerapkan air (tidak porous /impermeable)
b.
Ketersediaan
Air Tanah
Air
merupakan substansi yang paling umum diatas bumi dan diperlukan untuk semua
kehidupan. Tanah terletak di daerah atmosfer. Ligosfer memainkan peranan
penting dalam menentukan jumlah presivitasi yang mengaliri lahan dan jumlah
yang meresap ke dalam tanah untuk disimpan serta digunakan dimasa mendatang
kadar air tanah ialah perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan
berat kering tanah tersebut. Kadar air tanah dapat digunakan untuk menghitung
parameter sifat-sifat tanah (Henry D. Foth, 1994)
Proses
masuknya air dari permukaan tanah kedalam tanah disebut infiltrasi. Sedangkan
gerakan air di dalam tanah karena ada gaya gravitasi disebut perkolasi. Tanah
pada kedalaman tertentu selalu dijenuhi air yang disebut dengan air tanah.
Melalui profil, kedalamann air tanah yang diduga berdasarkan tinggi muka air
tanah yang selalu mengalami periode naik turun sesuai dengan keadaan musim atau
faktor lingkungan luar lainnya.
Sebagian besar air yang diperlukan oleh
tumbuhan berasal dari tanah (disebut air tanah). Air ini harus tersedia pada
saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda. Tumbuhan air umumnya
memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan lain. Air diperlukan
oleh tmbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi
transpirasi, dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, serta untuk
mengangkut hasil-hasil fotosintesisnya ke seluruh jaringan tumbuhan. Air
tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Air tanah dan unsur
hara ini membentuk larutan tanah. Air tanah berfungsi membawa unsur hara ke
permukaan akar tumbuhan. Di dalam jariingan atau tubuh tumbuhan ini juga
berperan mengangkut unsur hara yang diserap akar ke seluruh tanaman (Indranada,
1994).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar air di dalam tanah adalah:
a) Kadar Bahan Organik Tanah
Bahan
organik tanah mempunyai pori-pori yang jauh lebih banyak daripada partikel
mineral tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga lebih banyak sehingga
makin tinggi kadar bahan organik tanah makin tinggi kadar dan ketersediaan air
tanah.
b) Kedalaman Solum atau Lapisan Tanah
Kedalaman
solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah, semakin dalam maka
ketersediaan dan kadar air tanah juga semakin banyak.
c) Iklim dan Tumbuhan
Faktor
iklim dan tumbuhan mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat
diabsorbsi dengan efisiensi tumbuah dalam tanah. Temperatur dan perubahan
udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi pengguanaan air
tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan
tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan keadaan dan tingkat pertumbuhan
adalah fakto pertumbuhan yang berarti.
d) Senyawa Kimiawi
Garam-garam
dan senyawa pupuk atau ameliorant baik alamaiah maupun non alamiah mempunyai
gaya osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisis air sehingga koefisien laju
meningkat.
c.
Ketersediaan Mineral
Dalam Tanah
Air
hujan memiliki peranan tersendiri dalam tersedianya mineral didalam tanah.
Setelah curah hujan yang tinggi, air akan ruangan yang lebih besar dalam tanah,
akan tetapi ruangan yang lebih kecil akan tetap menahan air karena terikat oleh
partikel tanah yang memiliki permukaan bermuatan listrik. Air tersebut bukanlah
air murni, tetapi merupakan larutan tanah yang mengandung mineral tertentu.
Banyaknya
mineral dalam tanah (khususnya mineral yang bermuatan positif, seperti kalium
(K+), Kalsium (Ca2+), dan magnesium (Mg2+)
menempel melalui daya tarik listrik kepermukaan partikel tanah liat yang
bermuatan negative. Adanya tanah liat pada tanah akan membantu mencegah
pencucian (penghanyutan) nutrient mineral selama hujan lebat atau irigasi.
Karena partikel yang terjadi menjadi halus menyediakan banyak luas permukaan
untuk pengikatan mineral. Sebaliknya, partikel tanah liat harus membebaskan
mineralnya yang terikat itu kelarutan tanah supaya dapat menyerap nutrisi
tertentu.
Mineral
yang bermanfaat negative diantaranya yaitu: nitrat (NO3-),
fosfat (H2PO4-), dan sulfat (SO42-).
Dan pada umumnya mineral negative tidak terikat secara ketat ke partikel tanah
sehingga cenderung tercuci lebih cepat.
Mineral
positif dibuat tersedia bagi tumbuhan pada saat ion hydrogen dalam tanah
mengikat ion mineral dari partikel tanah liat. Proses ini disebut pertukaran kation, yang dirangsang oleh
akar.
2.
Konservasi
Tanah Merupakan Salah Satu Tahap Menuju Pertanian yang Berkelanjutan
Teknologi
yang diterapkan pada setiap macam penggunaan tanah akan menentukan apakah akan
didapat penggunaan dan produksi yang lestari pada sebidang tanah. [2]Metode
konservasi tanah dan air dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu:
a. Metode vegetatif
Metode vegetatif
adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai
sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini selain
untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki
struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian
unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Metode
vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara lain: penanaman
penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak
langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk
hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat
produktivitas tanah (Seloliman, 1997).
Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun menurut kontur.
Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun menurut kontur.
Penggunaan
sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat berbentuk mulsa atau pupuk hijau.
Dengan mulsa maka daun atau batang tumbuhan disebarkan di atas permukaan tanah,
sedangkan dengan pupuk hijau maka sisa-sisa tanaman tersebut dibenamkan ke
dalam tanah (Arsyad, 1989).
Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah, antara lain:
1. Dapat berkembang dan daunnya banyak.
2. Tahan terhadap pangkasan.
3. Mudah diperbanyak dengan menggunakan biji.
4. Mampu menekan tanaman pengganggu.
5. Akarnya dapat mengikat tanah,
bukan merupakan saingan tanaman pokok.
6. Tahan terhadap penyakit dan
kekeringan.
7. Tidak berduri dan bersulur yang membelit.
Selain
dengan penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), cara vegetatif lainnya
adalah:
1. Tanaman dengan lajur
berselang-seling, pada kelerengan 6 – 10 % dengan tujuan:
• Membagi lereng agar menjadi lebih pendek.
• Dapat menghambat atau mengurangi laju aliran permukaan.
• Menahan partikel-partikel tanah
yang terbawa oleh aliran permukaan.
Tipe-tipe tanaman lajur berseling adalah:
Tipe-tipe tanaman lajur berseling adalah:
• Countur strip cropping, adalah
penanaman berselang berdasarkan garis kontur.
• Field strip cropping, digunakan
untuk kelerengan yang tidak bergelombang dengan jalur dapat melewati garis
kontur, tetapi tanaman tidak melewati garis kontur.
• Wind strip cropping, digunakan
pada lahan yang datar atau kelerengan yang tidak tajam dengan jalur tanaman
tegak lurus arah angin, sehingga kadang-kadang arah alur searah dengan
kelerengan.
• Buffer strip cropping, adalah
lajur tanaman yang diselingi dengan lajur rumput atau legume sebagai penyangga.
2. Menanam secara kontur (Countur
planting), dilakukan pada kelerengan 15 – 18 % dengan tujuan untuk memperbesar
kesempatan meresapnya air sehingga run off berkurang.
3. Pergiliran tanaman (crop rotation).
4. Reboisasi atau penghijauan.
5. Penanaman saluran pembuang dengan
rumput dengan tujuan untuk melindungi saluran pembuang agar tidak rusak.
b. Metode mekanik
Cara
mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan
sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya.
Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta
menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Termasuk
dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan tanah.
Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang
diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit,
menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas
gulma (Arsyad, 1989).
Pengendalian
erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk
mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara
mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik
yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta
melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan daya pengikisan tanah yang tidak
merusak.
Pengolahan
tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan,
pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur
dan jalur tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong lereng. Alur-alur
tanah ini akan menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga
dapat menunjang konservasi di daerah kering. Keuntungan utama pengolahan tanah
menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang
memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu,
pada daerah beriklim kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif
untuk konservasi ini.
Pembuatan
teras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat
untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya agar
lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief,
1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi
panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran
permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan demikian erosi
berkurang.
c. Metode kimia
Kemantapan
struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat
kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan
erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap
tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten
terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan
kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap
stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut
tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi
berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada
tanah liat yang berat (Arsyad, 1989).
Penggunaan
bahan-bahan pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru
dibuka sesunggunya sangat diperlukan mengingat:
• Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan
masih merupakan tanah-tanah virgin yang memerlukan banyak perlakuan agar dapat
didayagunakan dengan efektif.
• Pada waktu penyiapan lahan
tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat.
• Pengerjaan lahan tersebut menjadi
lahan yang siap untuk kepentingan perkebunan, menyebabkan banyak terangkut atau
rusaknya bagian top soil, mengingat pekerjaannya menggunakan
peralatan-peralatan berat seperti traktor, bulldozer dan alat-alat berat
lainnya.
C.
KASUS
KHUSUS NITROGEN SEBAGAI NUTRIEN TUMBUHAN
Nitrogen Tersedia Bagi
Tumbuhan Berkat Metabolisme Bakteri Tanah
Nitrogen adalah unsur yang
diperlukan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel, termasuk protein, DNA
dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi kebutuhan nitrogennya dari dalam
tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak
mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga perlu diberikan pupuk sintetik yang
merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi produksi. Keinginan menaikkan
produksi tanaman untuk mencukupi kebutuhan pangan, berakibat diperlukannya pupuk
dalam jumlah yang banyak. Industri pupuk yang ada belum dapat memenuhi
kebutuhan pupuk yang semakin meningkat. Untuk itu perlu dicari pupuk nitrogen
alternatif dan rekayasa gen hijau kelihatannya dapat memberikan harapan untuk
memenuhi kebutuhan pupuk di masa yang akan datang.
Udara yang menyelubungi bumi mengandung gas nitrogen sebanyak 80 %,
sebahagian besar dalam bentuk N2 yang tidak dapat dimanfaatkan. Tanaman
dan kebanyakan mikroba tidak mempunyai cara untuk mengikat nitrogen menjadi
senyawa dalam selnya. Tanaman dan mikroba umumnya mendapatkan nitrogen
dari senyawa seperti ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Untuk memanfaatkan
nitrogen dalam bentuk gas, pakar bioteknologi memusatkan perhatiannya pada
hubungan antara tanaman dengan jenis mikroba tertentu yang dapat menambat
nitrogen dari udara dan menyusun atom nitrogen kedalam molekul ammonium,
nitrat, atau senyawa lain yang dapat digunakan oleh tumbuhan (Prentis, 1984).
Tanaman kacang-kacangan seperti buncis, kedelai, akarnya mempunyai
bintil-bintil berisi bakteri yang mampu menambat nitrogen udara, sehingga
nitrogen tanah yang telah diserap tanaman dapat diganti. Simbiosis antara
tanaman dan bakteri saling menguntungkan untuk kedua pihak. Bakteri mendapatkan
zat hara yang kaya energi dari tanaman inang sedangkan tanaman inang
mendapatkan senyawa nitrogen dari bakteri untuk melangsungkan kehidupannya.
Bakteri penambat nitrogen yang terdapat didalam akar kacang-kacangan adalah
jenis bakteri Rhizobium. Bakteri ini masuk melalui rambut-rambut akar dan
menetap dalam akar tersebut dan membentuk bintil pada akar yang bersifat khas
pada kacang-kacangan. Belum diketahui sepenuhnya bagaimana rhizobium masuk
melalui rambut-rambut akar, terus ke dalam badan akar dan selanjutnya membentuk
bintil-bintil akar. Tabel: [3]Beberapa
spesies Rhizobium dan tanaman simbiosanya.
Spesies Rhizobium
|
Tanaman simbiosanya
|
R. leguminasorum
R. phaseoli R. trifolii R. melioti R. lupini R. japonicum Rhizobium. spp |
Pea
(Pisum spp), lentil ( Lens culinaris)
Kacang buncis (Phaseolus vulgaris) Clover ( Trifolium subteranim) Alfafa (Medicago sativa) Lupin (Lupinus, spp) Kedelai ( Glycine max) Cowpea (Vigna, spp), kacang tanah (Desmodium spp) |
Untuk menambat nitrogen, bakteri ini menggunakan enzim nitrogenase,
dimana enzim ini akan menambat gas nitrogen di udara dan merubahnya menjadi gas
amoniak. Gen yang mengatur proses penambatan ini adalah gen nif (Singkatan
nitrogen-fixation). Gen-gen nif ini berbentuk suatu rantai, tidak terpencar
kedalam sejumlah DNA yang sangat besar yang menyusun kromosom bakteri,
tetapi semuanya terkelompok dalam suatu daerah. Hal ini memudahkan untuk
memotong bagian untaian DNA yang sesuai dari kromoson Rhizobium dan
menyisipkanya ke dalam mikroorganisme lain (Prentis, 1984). Dengan rekayasa
genetik telah berhasil ditransfer gen nif dari bakteri RhizobiumEscherechia coli, sehingga E.coli mampu untuk
menambat nitrogen. Dalam percobaan ini tidak menggunakan gen Rhizobium,
tetapi gen nif yang berasal dari Klebsiella pneumoniae, yang merupakan bakteri
tanah yang hidup bebas pada tanaman inang. Bakteri ini mempunyai lebih
kurang 17 gen nif dan gen nif ini dapat ditransfer ke bakteri lain. Fenomena
ini memberi harapan di masa yang akan datang untuk mentransfer gen-gen
tadi ke dalam gen bakteri yang terdapat diperakaran gandum dan
padi-padian yang diketahui tidak dapat menambat nitrogen.
kedalam bakteri
Suatu harapan yang menarik adalah usaha untuk menyisipkan gen nif secara
langsung kedalam tanaman, tanpa melibatkan mikroba penambat nitrogen, seperti
yang telah dilakukan pada gen insulin pada manusia kedalam bakteri E. Coli.
Dalam masalah ini telah dicapai kemajuan yang cukup besar dengan memanfaatkan
vektor eukariotik, yaitu potongan yang dapat menjadi jembatan masuknya DNA
asing ke dalam sel eukariotik, dalam hal ini adalah bakteri Agrobacterium
tumefasiens penyebab crown gall yang mempunyai plasmid Ti (Tumor inducing
plasmid) yang dapat merangsang sel inang untuk tumbuh secara luas biasa.
Penelitian terhadap Rhizobium yang berasosiasi dengan kedelai
mengungkapkan bahwa banyak diantara bakteri ini yang mengandung gen hup (gen
penyerap nitrogen). Gen ini berfungsi untuk mendaur ulang gas nitrogen kembali
ke sistim nitrogenase yang menambat nitrogen. Jadi memanfaatkan energi pada
hidrogen yang apabila tidak dimanfaatkan oleh tumbuhan, energi ini akan hilang.
Penggunaan langsung hasil penelitian ini adalah dengan
mengintroduksi gen hup kedalam strain Rhizobium yang tidak mempunyai gen
ini. Gen hup pada strain Rhizobium yang lain terdapat pada plasmida, apabila
plasmida pembawa hup ini terdapat pada Rhizobium, maka plasmid pembawa gen ini
dapat ditransfer dari satu strain ke strain lain.
Gen lain yang menjadi perhatian pakar rekayasa genetik adalah gen
osm, yang mempunyai kaitan dengan kemampuan tumbuhan untuk
menahan tekanan-tekanan (stres) dari lingkungannya, seperti: tidak adanya
air, temperatur yang panas atau dingin, dan kadar garam di dalam tanah yang tinggi. Semua
faktor ini mengakibatkan air dalam sel tumbuhan dipaksa masuk atau keluar
dengan proses osmosis. Banyak lahan di seluruh dunia tidak dapat
dimanfaatkan untuk pertanian karena adanya faktor pembatas seperti: suhu yang
rendah, tidak tersedianya air dan kandungan garam yang tinggi. Sasaran
untuk masa yang akan datang adalah mengintroduksikan gen osm ke dalam tanaman
budidaya dengan tujuan untuk membuka lahan tandus yang luas untuk pertanian
(Prentis, 1984).
Tumbuhan yang nilai ekonominya rendah seperti gulma, sering
memperlihatkan ketahanan terhadap faktor-faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan. Apabila gen yang berperan untuk daya tahan terhadap
faktor-faktor yang tidak menguntungkan ini dengan rekayasa genetik dapat
ditransfer kedalam tanaman budidaya, maka lahan yang semula tidak
produktif akan dapat diubah menjadi lahan yang
produktif. Penelitian-penelitian tentang fisiologi, biokimia, dan
dasar genetika respon tanaman terhadap faktor lingkungan akan terus
dikembangkan pada masa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nutrisi tumbuhan adalah unsur-unsur
kimia yang terdapat dalam tubuh tumbuh-tumbuhan, baik itu dalam bentuk
makronutrien atau dalam bentuk mikronutrien.
Makronutrien yaitu unsur-unsur yang dibutuhkan dalam
jumlah relatif banyak. Unsur-unsur
makronutrien tersebut diantaranya: C-H-O-N-S-P-K-Ca-Mg-Fe yang dapat diserap
oleh tumbuhan dalam bentuk ion organic maupun ion anorganik.
Mikronutrien
yaitu unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit sekali, tapi
penting untuk petumbuhan. Unsur-unsur tersebut merupakan: Mn-Zn-B-Cu-Mo
Selain unsur-unsur makro dan unsur-unsur
mikro yang terdapat dalam tubuh tumbuhan, tanah juga memiliki peranan penting
dalam nutrisi tumbuhan. Karena karakteristik tanah juga merupakan factor
lingkungan yang penting dalam ekosisten darat, yang meliputi diantaranya yaitu:
a. Tekstur
dan komposisi tanah.
b. Ketersediaan
Air Tanah.
c. Ketersediaan
Mineral dalam tanah.
Selain harus diperhatikannya unsur-unsur
yang kita sebut dengan nutrisi tumbuhan, juga harus diperhatikan pula
penanganan terhadap cara penanaman tumbuhan. Karena hal tersebut juga
mempengaruhi hasil tanaman yang akan diperoleh. Dalam makalah ini juga
disebutkan beberapa macam konservasi tanah yang merupakan salah satu tahap
untuk menuju pertanian yang berkelanjutan. Dengan harapan dapat memperoleh
hasil tanaman yang lebih baik.
Setiap organisme merupakan suatu sistem
terbuka yang selalu berhubungan dengan lingkungannya melalui pertukaran energi
dan materi secara terus menerus, dan tumbuhan juga merupakan organesme hidup.
B.
Saran
Dalam kehidupan saat sekarang ini, dalam
budidaya tumbuhan sulit sekali ditemukan lahan yang subur, karena itulah perlu
dilakukan konservasi tanah atau dapat pula diaplikasikan secara lebih luas
tekhnik yang disebut budidaya hidroponik. Agar tanaman yang dihasilkan itu
sifatnya lebih baik karena tercukupi nutrisi esensial maupun non esensialnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
Buku
Campbell, Neil A; Reece
dan Mitchell. 2003. Biologi. Jakarta:
Erlangga.
Henry, D. Foth. 1994. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah Jilid ke Enam. Jakarta: Erlangga.
Indranada, Henry. 1994. Pengelolaan
Kesuburan Tanah. Semarang: Bumi Aksara.
Sumber
Browsing
http://analismuslim.blogspot.com/2011/12/metabolisme.html
(Oleh Heru Setiawan, SKM., M.Biomedik).
http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/09/tekstur-dan-struktur-tanah.html
(Oleh Rahmad Kusnadi, S. Pd.).
[1]
Campbell, Reece dan Mitchell, Biologi. (Jakarta: Erlangga, 2003), Hal: 338.
[2] Henry, D. Foth. 1994. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah Jilid ke Enam. Jakarta: Erlangga. Hal: 520
[3] http://analismuslim.blogspot.com/2011/12/metabolisme.html
(Oleh Heru Setiawan, SKM., M.Biomedik).